A.MENGUBAH
SIKAP TERHADAP PEKERJAAN
I.
Definisi Nilai Pekerjaan,Apa
Yang Dicari Dalam Pekerjaan
Nilai
pekerjaan adalah nilai dari apa yang kita kerjakan, sangat bergantung kepada
cara berpikir kita terhadap pekerjaan itu. Sekecil apapun pekerjaan yang kita
lakukan, jika kita memahami bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari sebuah
perencanaan besar, atau bahwa pekerjaan itu adalah proses menuju terwujudnya
sesuatu yang besar, maka tidak akan ada lagi perasaan kecil dalam hati kita
ketika mengerjakan pekerjaan itu.
Mencari
uang: Hal ini adalah hal yang paling dasar yang mendorong seseorang untuk
bekerja. Untuk mencari nafkah (uang), untuk mencukupi kebutuhannya dan
keluarga. Hal ini juga yang biasa digunakan sebagai pertimbangan dalam memilih
suatu pekerjaan. Semakin besar gaji (uang) yang ditawarkan oleh pekerjaan
tersebut, maka semakin menarik perkerjaan itu. Banyak orang yang berpindah-pindah
kerja untuk mencari gaji yang lebih tinggi.
Mencari
pengembangan diri: Adalah tabiat manusia untuk ingin berkembang menjadi
lebih baik. Orang bekerja karena mereka ingin mencari pengembangan (potensi)
diri mereka. Mereka akan mencari pekerjaan dimana mereka dapat
mengembangkan diri mereka disana.
Mencari
teman/sarana bersosialisasi: Manusia adalah makhluk sosial yang perlu
untuk bersosialisasi. Maka manusia perlu bekerja untuk menambah teman dan
relasi mereka. Sebagai media dan tempat mereka untuk bersosialisasi.
Mencari
kebanggaan/kehormatan diri: Hal lain yang dicari oleh orang dengan bekerja
adalah kebanggaan dan kehormatan diri. Orang yang mencukupi kebutuhan dirinya
dengan bekerja lebih terhormat dibandingkan orang yang tergantung pada orang
lain.
Fungsi
psikologinya yaitu : Meskipun apa kata orang tentang memiliki pekeraan untuk
hidup. Itu mungkin jelas sekarang bahwa setiap orang bekerja keras untuk
uangnya sendiri. Survei membuktikan kebanyakan orang akan melanjutkan
pekerjaanya bahkan jika mereka memiliki cukup uang untuk hidup nyaman seumur
hidupnya (Renwick&Lawler,1978). Kenyataanya adalah bekerja itu meenuhi
kebutuhan psikologis dan social yang penting. Rasa pemenuhan pribadi, orang
membutuhkan perasaan kalau mereka tumbuh, mempelajarai keahlian baru, dan
mencapai sesuatu yang berharga ketika perasaan ini kurang, mereka mungkin
pindah ke pekerjaan yang menjanjikan pencapaian yang lebih atau hasil yang
jelas. Contohnya, seorang individu yang pekerjaanya terarah mungkin
meninggalkan meja untuk bekerja menjual barang atau konstruksi. Bahkan orang
yang sudah mendapatkan banyak uang tidak akan mau mengurangi waktu dan energy
yang di habiskan oleh pekerjaan mereka.kemampuan karena kebutuhan akan
penghargaan dan penguasaan (Morgan,1972)
II. Fase- Fase Dalam Memilih Pekerjaan
1. Tahap
pertama adalah pada umur 15 - 22 tahun: Pada tahap ini, seseorang umumnya
memilih jurusan,
yang menurutnya baik dan ia suka. Apakah seseorang memilih jurusan tertentu
oleh karena masalah
imej jurusan tersebut- ini adalah salah satu faktor. Bisa juga ia memilih
jurusan tertentu karena rekomendasi orang tua dan sisi ekonomi atau peluang
kerja. Beragam alasan orang memilih jurusan tertentu di sekolah atau kampus.
2. Tahap
kedua adalah pada umur 22 - 30 tahun: Pada fase ini, orang memilih karir
sesuai dengan jurusan yang ia pelajari di kampus. Ia
tertarik dengan pekerjaan barunya dan mulai menekuni apa
yang ia pilih. Ini biasanya bisa terjadi sampai umur 30
tahun. Ada gairah terhadap pekerjaan apalagi kalau di
perusahaan tempat ia bekerja ada suasana kondusif ditambah dengan jenjang
karier yang
jelas.
3. Tahap
ketiga adalah pada umur 30 - 38 tahun: Bila seseorang menekuni
pekerjaannya pada fase kedua, kinerjanya akan semakin
baik pada phase ini. Kinerjanya umumnya di atas rata-rata. Gairah
kerja semakin bertambah. Ia mungkin mencapai posisi
manager dalam sebuah perusahaan pada phase ini. Karir
semakin mantap dan bisa sampai menduduki posisi Vice President. Ini tergantung
berapa bagus kinerjanya dan berapa baik budaya
korporasi di perusahaan.
4. Tahap
keempat adalah pada umur 38 - 45 tahun: Inilah tahapan atau fase yang
tepat untuk memikirkan ulang pekerjaan yang
seharusnya ditekuni. Pada phase ini biasanya orang mulai makin
sadar akan pekerjaan yang seharusnya ia tekuni.
Ini adalah fase yang kritis karena pada phase ini akan
muncul pertanyaan, "Mau ke mana arah atau
jalur karir yang akan ditempuh?" Pada fase ini
persaingan ke posisi yang lebih tinggi semakin
ketat. Peluang untuk naik ke posisi yang banyak
membuat kebijakan strategis semakin kecil karena
persaingan atau ada orang yang lebih hebat atau
lebih cerdas dari Anda untuk menduduki posisi
tersebut. Pada saat yang sama, Anda juga ingin merasakan
keleluasaan untuk memberikan keputusan. Ada keinginan untuk membuat
keputusan- keputusan yang lebih besar bagi
perusahaan atau organisasi yang akan menambah kepuasan diri juga;
ada self-actualisation- meminjam istilah dari Abraham Maslow.
5. Tahap
kelima adalah pada umur 45 - 55 tahun: Bila seseorang lolos pada fase ke
empat, biasanya ia akan semakin mantap pada phase ini,
khususnya mereka yang memilih karir atau menemukan
pekerjaan yang cocok dengan bakat dan talenta pribadinya.
Karirnya akan semakin bersinar. Ada kematangan baik
dalam jiwa dan dalam pekerjaan. Ia semakin mengerti tujuan perusahaan. Ia makin
mengerti relasi dari organisasi dengan masyarakat luas.
Namun, pada fase ini juga orang akan mulai mengalami kebosanan
di pekerjaan kalau salah mengambil keputusan pada tahap kelima. Jangankan di
phase ini, pada phase keempat pun orang sudah mulai merasakan
kebosanan dalam pekerjaan. Gairah kerja hilang karena tidak
ada keputusan berarti yang bisa dilakukan bagi perusahaan.
6. Tahap
keenam adalah umur 55 - 62 tahun: Orang-orang yang sukses melewati tahap
ke empat dan kelima akan mengalami gairah kerja
yang semakin bertambah pada fase ini. Kreatifitas muncul;
ide- ide baru utuk memperbaiki organisasi melintas dalam
pikiran. Vitalitas orang semakin bertambah dalam
pekerjaan pada phase ini. 'Self-actualization' semakin matang dan mulai
mempersiapkan diri utuk memasuki phase terakhir.
7.Tahap
ketujuh adalah 62 - 70 tahun: Pada fase ini orang mulai memikirkan
bagaimana meneruskan karir yang sudah dibangun atau
perusahaan yang sudah dirintis dan berjalan. Ia mulai memikirkan
siapa yang akan menggantikannya di kemudian hari. Bila
Anda kebetulan pada fase ini, Anda sudah
harus
memikirkan bagaimana agar apa yang sudah dimulai dan dikerjakan bisa diteruskan
dalam track yang benar oleh penerus Anda.
III.
Hubungan antara Karekteristik Pribadi
Dan Karakteristik Pekerjaan Dalam Memeilih Pekerjaan
yang Cocok
*Kepribadian
Artistik
Karakter: kreatif,
imajinasi yang tak pernah berhenti, suka mengekspresikan diri, suka bekerja
tanpa aturan, menikmati pekerjaan yang berkaitan dengan design/warna/kata-kata.
Orang artistik merupakan pemecah masalah yang sangat hebat karena mereka
menggabungkan pola pikir intuisi dan pendekatan rasional.
Pekerjaan
yang cocok: editor, grafik desainer, guru drama, arsitek, produser, ahli
kecantikan, model, pemain film, sutradara, interior desain.
*Kepribadian
Konvensional
Karakter: menyukai
aturan, prosedur yang rapi, teliti, tepat waktu, suka bekerja dengan rincian
data, tertib, cenderung pendiam dan lebih hati-hati.
Pekerjaan
yang cocok: akuntan, petugas asuransi, penegak hukum, pengacara, penulis,
penerjemah.
*Kepribadian
Aktif
Karakter: gigih,
berani, suka berkompetisi, penuh semangat, pekerja keras, ekstrovet, enerjik,
dan progresif.
Pekerjaan
yang cocok: wiraswasta, direktur program, manajer.
*Kepribadian
Investigasi
Karakter: analitis,
intelektual, ilmiah, menyukai misteri, sangat memperhatikan detail, lebih suka bekerja
secara individu, menggunakan logika.
Pekerjaan
yang cocok: analisis sistem komputer, programmer, dosen, profesor,
statistik, dokter.
*Kepribadian
Realistis
Karakter: realistis,
praktis, simpel, bekerja di luar ruangan, berorientasi pada masalah dan
solusinya, suka bekerja dengan objek yang kongkrit, pekerjaan yang menggunakan
alat bantu atau mesin. Pekerjaan yang cocok: tukang listrik, dokter
gigi, insinyur.
*Kepribadian
Sosial
Karakter: suka
membantu orang lain, dapat berkomunikasi dengan baik, bekerja dalam tim, sabar,
murah hati, memiliki empati, memusatkan diri dengan interaksi manusia, suka
berbicara.
Pekerjaan
yang cocok: psikolog, guru, mediator, perawat, entertainer, selebriti.
IV.
Kepuasan Kerja Dan Penyesuaian Diri
Dalam Pekerjaan
Menurut
Hasibuan (2007) Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Kepuasan kerja (job statisfaction) karyawan
harus diciptakan sebaik-baiknya supaya moral kerja, dedikasi, kecintaan, dan
kedisiplinan karyawan meningkat. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan, dan prestasi kerja. Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan,
luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan luar pekerjaan. Kepuasan kerja dalam
pekerjaan adalah kepuasan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan
memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perlakuan, peralatan, dan suasana
lingkungan kerja yang baik. Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasan kerja
dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya daripada balas jasa
walaupun balas jasa itu penting (1).
Robbins
and Judge (2009) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai perasaan positive
tentang pekerjaan sebagai hasil evaluasi karakter-karakter pekerjaan
tersebut (2). Senada dengan itu, Noe, et. all (2006) mendefinisikan
kepuasan kerja sebagai perasaan yang menyenangkan sebagai hasil dari
persepsi bahwa pekerjaannya memenuhi nilai-nilai pekerjaan yang
penting (3). Selanjutnya Kinicki and Kreitner (2005) mendefinisikan
kepuasan kerja sebagai respon sikap atau emosi terhadap berbagai segi pekerjaan
seseorang. Definisi ini memberi arti bahwa kepuasan kerja bukan suatu
konsep tunggal. Lebih dari itu seseorang dapat secara relative dipuaskan
dengan satu aspek pekerjaannya dan dibuat tidak puas dengan satu atau
berbagai aspek (4). Dalam pandangan yang hampir sama,
Nelson and Quick (2006) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah suatu
kondisi emosional yang positif dan menyenangkan sebagai hasil dari
penilaian pekerjan atau pengalaman pekerjaan seseorang (5).
Berikut
ini merupakan Teori tentang Kepuasan Kerja
:
Teori
pertentangan --> menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap
beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai:
1.Pertentangan yang dipersepsikan antara apa yang diinginkan seorang individu
dengan apa yang ia terima. 2.Pentingnya apa yang diinginkan individu.
Model
dari Kepuasan Bidang/Bagian (Facet Satisfaction),menurut model Lawler orang
akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka jika jumlah dari bidang
mereka persepsikan harus mereka terima untuk melaksanakan kerja sama dengan
jumlah yang mereka persepsikan dari yang secara aktual mereka terima.
Teori
Proses-Bertentangan ,memandang kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda
secara mendasar daripada pendekatan yang lain.Menekankan bahwa orang
ingin mempertahankan suatu keseimbangan emosional.
V.
Menggunakan Waktu Luang Yang Positif
Meluangkan waktu itu ternyata
penting dan banyak cara/kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi
waktu luang. Misalnya olahraga, jalan-jalan, melakukan hobby, atau ngeblog.
Selain itu, mengisi waktu luang setelah kesibukan yang mendera ibarat bayaran
dari pekerjaan itu sendiri. Kita tidak pernah menduga kalau kegiatan yang
dilakukan di saat waktu luang bisa juga menghasilkan atau mendapat penghargaan.
Siapa yang tahu kalau suatu saat nanti, kegiatan yang dilakukan di waktu luang,
bisa menjadi penghasilan terbesar. Dan bagaimana kita bisa punya waktu luang di
sela-sela kesibukan dengan mengaturnya sebaik mungkin?
Berikut ini tips dan triknya:
·
Jangan pernah terjebak dgn waktu. Bukan waktu yg
mengatur kita, tapi kitalah yang mengatur waktu:)
·
Coba sesuatu yang baru yang tidak menyita waktu
kerja. Misalnya dengan menulis di smartphone yang kita miliki
·
Tentukan prioritas. Dengan prioritas bisa
diketahui mana yang mendesak, mana yang kurang. Tanpa prioritas, waktu terbuang
percuma.
·
Buat yang super sibuk, buatlah agenda yang harus
ditaati. Masukkan waktu bekerja, waktu untuk keluarga, dan waktu untuk diri
sendiri.
·
Pastikan dalam agenda, 50 persen waktu yang
dilakukan adalah untuk kegiatan positif atau produktif.
·
Jangan melakukan pekerjaan/hal yang lain sebelum
menuntaskan pekerjaan yang lebih dulu dilakukan. Yang ada keduanya berantakan!
·
Jika tidak berhubungan dgn pekerjaan, jauhkan
diri dari sosial media, hingga pekerjaan tuntas diselesaikan
·
Menggunakan waktu dengan bijak, maka tidak ada
istilah tidak punya waktu luang! Tidak ada waktu yang terbuang percuma.
Kuncinya terletak bukan pada
bagaimana Anda menghabiskan waktu, namun dalam menginvestasikan waktu Anda.
Melakukan dua hal bersamaan sama artinya dengan tidak melakukan sesuatu. -
Stephen R. Covey
Jika merasa jenuh dengan waktu
yang telah dihabiskan, ubah kebiasaan itu. Manfaatkanlah waktu luang.
B. Self Directed Changes
I. Melakukan Perubahan Pribadi
Melalui Tahapan
a. Cara Meningkatkan Kontrol Diri
1. Global
Processing, mencoba fokus
pada gambaran besar dari tujuan hidup atau cita-cita kita, sehingga setiap
kegiatan atau tindakan kita dilihat sebagai bagian dari pencapaian tujuan
akhir.
2. Abstrac listening, mencoba menolak detil-detil dalam situasi khusus untuk membawa kita berfikir bagaimana tindakan kita sesuai dengan rencana kerja kita secara keseluruhan. Contohnya : seseorang mungkin harus mengurangi berfikir tentang detil-detil beratnya latihan fisik tetapi mencoba untuk fokus pada gambaran fisik yang ideal yang akan dicapai bila dia tetap menjalankan latihan dengan baik.
3.High-level categorization, berfikir tentang konsep tingkat tinggi daripada keadaan yang khusus atau sesaat.
Beberapa hal diatas dapat diterapkan pada banyak situasi dimana pada saat itu dibutuhkan kontrol-diri.
Pendek kata ketiga cara berfikir diatas adalah cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama yaitu : berfikir global, obyektif dan abstak , sehingga peningkatan kontrol-diri akan mengikuti kemudian.
2. Abstrac listening, mencoba menolak detil-detil dalam situasi khusus untuk membawa kita berfikir bagaimana tindakan kita sesuai dengan rencana kerja kita secara keseluruhan. Contohnya : seseorang mungkin harus mengurangi berfikir tentang detil-detil beratnya latihan fisik tetapi mencoba untuk fokus pada gambaran fisik yang ideal yang akan dicapai bila dia tetap menjalankan latihan dengan baik.
3.High-level categorization, berfikir tentang konsep tingkat tinggi daripada keadaan yang khusus atau sesaat.
Beberapa hal diatas dapat diterapkan pada banyak situasi dimana pada saat itu dibutuhkan kontrol-diri.
Pendek kata ketiga cara berfikir diatas adalah cara yang berbeda untuk mengatakan hal yang sama yaitu : berfikir global, obyektif dan abstak , sehingga peningkatan kontrol-diri akan mengikuti kemudian.
b. Menetapkan Suatu Tujuan
Bagaimana
Anda tahu jika tujuan Anda adalah efektif dan dapat dicapai?
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menuliskan
sumber daya yang Anda perlukan untuk mencapai tujuan Anda, baik sumber daya
fisik dan yang mental. Jika ada sesuatu yang Anda butuhkan untuk menyelesaikan
sebelum Anda dapat membuat tujuan Anda menjadi kenyataan, memprioritaskan
langkah-langkah yang harus Anda ambil untuk menyelesaikan tugas yang pertama.
Sebagai contoh, Anda mungkin perlu jumprope jika tujuan Anda adalah untuk latihan. Setelah sumber daya Anda berada di tempat, Anda
telah membuka jalan raya untuk pencapaian. Mari kita lihat bagaimana untuk
memasuki jalan di-sehingga Anda dapat berada di jalan.
1.
Pastikan tujuan
Anda adalah spesifik. Tetapkan tujuan terukur sehingga Anda dapat mencapai dan
berhasil. Menentukan jumlah yang tepat dan jangka waktu s dari apa pun yang Anda ingin capai
2.
Tujuan Anda juga harus dapat dicapai dan
realistis. Anda tidak akan menetapkan tujuan Anda untuk menurunkan £ 40 dalam
10 hari berikutnya, karena itu hanya tidak realistis. Menetapkan tujuan untuk
kehilangan £ 40 selama 12-14 minggu berikutnya adalah tujuan nyata dan dapat
dicapai
3.
Beri diri Anda batas waktu untuk
tujuan Anda. Menetapkan tenggat waktu membuat prioritas tujuan, terus dalam
pikiran Anda, dan membuatnya lebih mudah untuk dicapai. Jika Anda tahu Anda
hanya memiliki kerangka waktu tertentu di mana untuk mencapai sesuatu, Anda
cenderung untuk fokus lebih banyak waktu dan energi pada tugas itu
4.
Tuliskan
tujuan Anda. Anda harus tetap dipasang di tempat yang Anda akan melihat setiap
hari. Kebanyakan orang memiliki lebih dari satu gol pada suatu waktu. Anda
dapat menetapkan tujuan dalam berbagai bidang: keluarga, pekerjaan, Kesehatan, pendidikan, hobi, atau bagian dari kehidupan
Anda di mana Anda ingin membuat perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana untuk
menangani semua tujuan ini pada waktu yang sama.
c.
Menyusun Konsekuensi Yang Efektif
Cara
menyusun konsekuensi yang Positif diantaranya :
·
Membuat
Resolusi
·
Membuat
Skala Prioritas
·
Membuat Prioritas
Menjadi Spesifik
d.
Merapkan Rencana Intervensi
Apabila fihak yang bersengketa tidak bersedia berunding atau
usaha kedua pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat dilibatkan dalam
penyelesaian konflik.
Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan keluhan
kedua pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan mengikat. Cara
ini mungkin tidak menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi dianggap lebih
baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau tindakan destruktif.
Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang diundang
untuk menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta, menjalin
komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta
mela-pangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas
penengahan tergantung juga pada bakat dan ciri perilaku mediator.
Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan antar kedua
pihak serta mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan konflik.
Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha untuk
menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan
kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi,
sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
Hal-hal yang Perlu Diperhati-kan Dalam Mengatasi Konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peranan penting dalam menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi, dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.
e. Tahap Evaluasi
Diri
Istilah
evaluasi sudah sering terdengar di telinga dan sudah sangat sering digunakan
dalam proses pembelajaran. Namun, tidak selalu menggunakan tahapan-tahapan yang
sesuai menurut para ahli.
Evaluasi
pembelajaran sendiri merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program pendidikan, pengajaran,
atau pun pelatihan yang telah dilaksanakan. Dalam melakukan kegiatan evaluasi
tentu diperlukan informasi informasi atau data yang baik mutunya. Data seperti
itu akan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran dan penilaian terlebih
dahulu
Dalam
bukunya, Daryanto mengemukakan empat langkah pelaksanaan evaluasi yang baik,
yaitu[3] :
Langkah
1 :
Evaluasi
tentang diri seorang anak atau sekelompok anak. Ini merupakan langkah pertama
kea rah evaluasi yang baik. Pembatasan ini biasanya ditentukan oleh sifat tugas
seseorang dalam keseluruhan pendidikan seorang anak. Seorang guru ilmu pasti
atau sejarah dalam mengadakan evaluasi terhadap kemajuan murid-muridnya
membatasi dirinya pada usaha untuk mengetahui kemajuan mereka dalam pelajaran
ilmu pasti atau sejarah apa saja. Sebaliknya, seorang konselor pendidikan(education
counselor), mempunyai batasan tugas yang lebih luas daripada guru ilmu pasti
atau sejarah tadi.
Langkah
2 :
Evaluasi
yang baik ialah bahwa data yang kita kumpulkan mengenai setiap aspek pribadi
anak harus merupakan “behavior sampling”cukup representative terhadap
keseluruhan tingkah laku anak. Misalnya untuk menetapkan apakah seorang anak
pada dasarnya bersifat pemalu atau tidak, tidak cukup kalau hanya
memperhatikan tingkah laku anak pada satu kesempatan saja. Kita harus mencoba
untuk mengetahui bagaimanakah reaksi anak terhadap bermacam-macam situasi pada
berulang kali kesempatan.
Jika
prinsip ini dilanggar, biasanya kesimpulan yang kita rumuskan akan diwarnai
oleh apa yang disebut “hallo effect” dan tidak akan merupakan
suatu “conclusion”melainkan suatu “confusion”.
Misalnya
banyak orang mengatakan bahwa ia seorang pemalu, seorang yang membosankan atau
“saai” hanya karena pernah dilihatnya dalam suatu pesta ia tidak mau diajak
berdansa. Padahal kemungkinan selalu ada bahwa si A tidak mau diajak berdansa
pada pesta itu, bukan karena ia malu, melainkan karena ia betul-betul tidak
pandai berdansa. Dan tidak beraninya berdansa pada pesta ini, bukan pula karena
ia malu melainkan karena dia tidak mau mengecewakan pasangan atau partnernya.
Kalau diperhatikan praktek-praktek evaluasi lazim dilakukan orang awam akan
kita lihat bahwa prinsip ini banyak sekali dilanggar.
Langkah
3 :
Evaluasi
yang baik ialah bahwa cara-cara serta alat-alat yang hendak kita pergunakan
untuk pengumpulan data mengenai diri anak kita pilih betul-betul sebelumnya
untuk mengumpulkan keterangan mengenai cerdas atau tidaknya seorang anak,
misalnya dapat kita pergunakan dua macam cara observasi atau mengadakan tes.
Tes yang dapat dipergunakan untuk keperluan ini pun bermacam-macam pula. Ada
tes individual, ada pula tes kelompok. Untuk setiap jenis tes kecerdasan
tersebut telah tersedia banyak sekali tes di antaranya ada yang baik ada pula
yang kurang baik. Dan kita sebagai evaluator harus pandai memilih.
Langkah
4 :
Evaluasi
yang baik ialah bahwa data yang telah kita kumpulkan tadi harus diolah terlebih
dahulu. Sebelum memberikan tafsiran terhadap data yang telah dikumpulkan
sebelumnya tadi. Pengolahan-pengolahan ini sangat beragam, ada pengolahan yang
bersifat statistis, ada pula yang bersifat non-statistis, pengolahan mana yang
paling tepat untuk dilakukan terhadap sekumpulan data ditentukan oleh
sifat-sifat dan jenis data yang dikumpulkan dan tujuan terdekat yang harus
diselesaikan dalam keseluruhan prosedur evaluasi yang sedang kita kerjakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar