Sehat
mungkin kata ini sudah sangat sering kita dengar,kebanyakan dari kita baru
menyadari begitu berharganya menjaga kesehatan setelah kita mengalami sakit
padahal kesehatan harus kita jaga dengan cara pola hidup sehat memenuhi asupan
gizi yang seimbang serta membiasakan diri berolah raga,walaupun tidak sedikit
diantara kita banyak yang mengabaikan karena alasan kesibukan,akan tetapi
paling tidak kita harus membiasakan diri paling tidak minimal seminggu sekali.
Kata sehat juga meliputi banyak hal serta beberapa konsep dan hal inilah yang
coba kita bahas dalam penulisan kali ini.
Nah,sekarang saya akan coba membahas Konsep Sehat yang meliputi berbagai
dimensi,diantaranya sebagai berikut :
a)
Dimensi
Emosi : kebanyakan dari orang sulit untuk mengontrol emosi mereka saat sedang
mengalami sesuatu hal dilingkungannya dimensi
ini mencoba menjelaskan bahwa manusia dalam keadaan sehat yakni dalam keadaan
mampu mengatur emosi nya sendiri. Emosi itu sendiri yang telah kita ketahui
terdiri dari bermacam-macam jenis, yakni senang, gembira, bahagia, marah,
sedih, dll. Mungkin sebagian dari kita masih banyak yang salah mengartikan arti
kata emosi, seperti mengartikan emosi adalah suatu keadaan dimana seseorang
merasa marah, entah kepada seseorang, keadaan, dll. Pada kenyataannya emosi itu
tidak hanya dalam keadaan seseorang marah.
b)
Dimensi
Intelektual : orang-orang dengan tingkat intelegensi yang cukup tinggi biasanya
memiliki kesehatan intelektual yang baik pada dimensi
coba dijelaskan bahwa seseorang dalam keadaan sehat yakni dalam keadaan mampu
menerima, menyerap segala macam pembelajaran, pendidikan yang di berikan baik
secara langsung maupun tidak langsung, tanpa mengalami hambatan ataupun masalah
yang mengganggu pikirannya. Selain itu seseorang juga mampu menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan nya.
c)
Dimensi
Sosial : dimensi ini menjelaskan bahwa
seseorang dalam keadaan sehat jika mampu berinteraksi, beradaptasi,
dengan sesama manusia dengan baik. Jika keadaan ini tidak mampu dilampaui
oleh seseorang, berarti ada suatu ketidak sehatan dalam diri manusia tersebut.
d)
Dimensi
Fisik dan Mental : menerangkan
bahwa keadaan fisik dan mental seseorang menjadi salah satu syarat apakah
seseorang dikatakan sehat atau tidak. Fisik seseorang, lebih menekannkan lebih
kepada keadaan jasmani seseorang. Dimana seseorang mampu menjaga jasmani
dirinya. Sedangkan mental, merupakan keadaan dimana seseorang harus mampu
menjaga keadaan psikologi dirinya.
e)
Dimensi
Spiritual : spiritual dalam dimensi ini
menjelaskan bahwa seseorang mampu menjalankan ajaran agama yang telah di
percaya atau diyakini seseorang untuk menuntun hidupnya. Dengan mampu
menjalankan spiritual ini diharapkan seseorang dapat menjalankan segala
kehidupannya dengan baik dan benar.
SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL
Secara etimologi, kesehatan mental atau hygiene berasal dari
bahasa latin, yaitu : Mens atau Mentis yang berarti jiwa, roh, dan semangat.
Hygiene yang berarti nama dewi kesehatan yunani yaitu Hyoeia
Secara Ilmiah
Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab
penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh
karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara
dibawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat
dan kuat.
Sejarah ilmu kesehatan mental dimulai sewaktu Clifford
Beers, bekas pasien mental di amerika menulis buku berjudul "A Mind
That Found It Self". Dalam buku diceritakan pengalaman pahitnya
sebagai pasien jiwa yang pernah dirawat beberapa RSJ.
Bapak Psikiater Amerika Adolf Meyer tergerak hatinya setelah
membaca buku ini dan mengajak Beer bersama-sama mendirikan perhimpunan
kesehatan mental bernama Hygiene Society di kota kelahiran Beer yaitu
Connecticut. Tujuan dari usaha ini adalah untuk memperjuangkan perbaikan
perlakuan pasien-pasien mental di RSJ yang ada pada zaman itu diperlakukan
dengan buruk dan kurang manusiawi.
Gerakan ini mendapat simpati dari masyarakat sehingga muncul
perhimpunan-perhimpunan lain di Amerika. Kemudian perhimpunan-perhimpunan
tersebut bersama-sama membentuk The National Association for Mental Health.
Kongres kesehatan jiwa internasional yang pertama
dilaksanakan di Washington DC pada tahun 1930 dan yang kedua dilaksanakan di
Paris pada tahun 1937. Pada tahun ketiga tahun 1948 dibentuk The World
Federation for Mental Health. Pada kongres ini, istilah mental hygiene diubah
menjadi mental health.
Tokoh yang juga membela dan menjunjung tinggi hak manusia
untuk penderita gangguan jiwa lainnya adalah Philippe Pinel di Perancis dan
William Tuke dari Inggris. Mereka adalah contoh orang yang berjasa dalam
mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa
Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra-ilmiah karena hanya
usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang
dikemukakan. Kemudian ada juga Dorothea Dix. Beliau merupakan seorang pionir
wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha
menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang
gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32
rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa.
PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
Pendekatan kesehatan mental meliputi 3 aspek yang terdiri
dari, Orientasi klasik,Penyesuaian diri,serta Pengembangan potensi.
- Orientasi
Klasik : Orientasi klasik yang umumnya digunakan
dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi
tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang
yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat
fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak
ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini
banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang
mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan
realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya
meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak.
Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk
digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan
pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara
mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang
tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
- Penyesuaian Diri
: Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian
sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat
individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan
terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau
tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat
mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya.
Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau
sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain.
Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut.
Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang
juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan
perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan
perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya
ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada
saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana
hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada
waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara
keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit?
Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental
sekaligus. Dengan contoh tersebut dapat kita pahami bahwa tidak ada
garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang
sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap
‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit
mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat
mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita
hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata
lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari
pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau
‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah
makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri,
kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang
secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan
hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
- Pengembangan Potensi : Seseorang
dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan
untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai
oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa)
ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan
seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih
penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah
terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan
sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan
bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan
seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa
tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya
gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit
jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan
tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan
perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental
hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena
kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan
kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam
pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu,
dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.
TEORI KEPRIBADIAN SEHAT
Ø Teori Aliran Psikoanalisis
Tokoh yang pertama kali mencetuskan teori
kepribadian sehat menurut Aliran Psikoanalisis adalah Sigmund Freud. Ia disebut
sebagai Bapak Psikoanalisis, dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan
meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pokok-pokok teori Freud
mengenai kepribadian yaitu :
Menurutnya, kepribadian terdiri dari tiga
sistem atau aspek, yaitu :
- Das
Es (the Id), yaitu aspek biologi dan
merupakan sistem orginal di dalam kepribadian; dan aspek inilah kedua
aspek yang lain tumbuh. Freud menyebutnya juga realitas psikis yang
sebenar-benarnya (The True Psychic Reality), oleh karena Id itu
merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan
langsung dengan dunia obyektif. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak
lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink-instink.
- Das
Ich (the Ego), yaitu aspek psikologis daripada
kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara
baik dengan dunia kenyataan (Realitat). Orang yang lapar mesti
perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya; ini
berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang
makanan dan kenyataan tentang makanan.
3. Das Ueber Ich (the Superego), yaitu aspek sosiologi kepribadian, merupakan
wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana
ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang di masukkan (diajarkan) dengan
berbagai perintah dan larangan. Superego lebih menekankan pada kesempurnaan
daripada kesenangan; karena itu dianggap sebagai aspek moral kepribadian.
Fungsi pokoknya ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak,
susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan
moral masyarakat.
Ø Teori Aliran Behavioristik
Behaviorisme juga disebut psikologi S – R
(stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek
psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang
perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori
Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Ciri aliran Behavioristik adalah sebagai
berikut :
- Menekankan pada respon-respon yang
dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
- Menekankan pada perilaku yang
dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak
kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
- Memfokuskan pada perilaku
binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia
dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita
sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Kepribadian yang sehat menurut aliran behavioristik
- Memberikan respon terhadap faktor
dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
- Bersifat sistematis dan bertindak
dengan dipengaruhi oleh pengalaman
- Sangat dipengaruhi oleh faktor
eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
- Menekankan pada tingkah laku yang
dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
Ø Teori Aliran Humanistik
Dalam psikologi humanistic tidak terlalu banyak mengeluarkan
teori, karena pada dasarnya pendekatan humanistik menempel pada psikoanalisa dan
behavioristik namun tidak semata-mata menempel/melekat pada aliran-aliran ini,
aliran humanistic melekat tetapi tidak sepikir oleh kedua aliran ini, menurut
teori humanistic manusia dilahirkan kedalam dunia dengan membawa faktor
genetika kemudian faktor bawaan itu berkembang, bersama individu yang mulai
tumbuh sehingga faktor-faktor lingkungan mempunyai andil dalam perkembangan
kepribadian. Dengan kata lain aliran humanistik ini ingin mengatakan
peranan faktor kognitif dan lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan
kepribadian individu.
Individu dituntut untuk untuk mengembangkan potensi yang
terdapat didalam dirinya sendiri untuk mencapai yang dinamakan kepribadian
sehat. Bukan saja mengandalakan pengalaman pengalaman yang terbentuk pada masa
lalu atau membiarkan diri terjebak dalam suatu ingatan-ingatan pada tahap
sebelumnya dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang
baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Menurut paham humanistic hal ini bukanlah pencerminan dari
kepribadian sehat. Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri,
bukan respon pasif buatan atau individu yang termaginalisasikan oleh
pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan
dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan
kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Ø Pendapat Allport
Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud,
dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia,
sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Orangtuanya
menekankan pentingnya kerja keras dan kesalehan, dan mereka membentuknya dengan
suasana aman dan kasih sayang. Semangat perikemanusiaan ditanamkan dalam
keluarga mereka dan Allport yang muda itu didorong untuk mencari
jawaban-jawaban keagamaan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah
kehidupan. Pengalaman-pengalaman pribadinya ini kelak tercermin dalam
pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian.
Seperti dikemukakan, pandangan-pandangan pribadi dan
professional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran
kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan
menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap
pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok
dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu
berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Kepribadian menurut Allport adalah individu yang dewasa yang
berkepribadian sehat, ia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat
dikontrol oleh kekuatan ketidaksadaran, sesuatu kekuatan yang tidak dapat
terlihat. Allport menekankan kepribadian pada individu yang memiliki
“Intensional”. Intensional terdiri dari visi&misi, tujuan jangka panjang,
sensasi/tantangan dan tegangan-tegangan yang semakin lama ditambah. Namun bukan
kebahagiaan maksud daripada intensional ini, karena kebahagiaan dapat merupakan
hasil dari integrasi kepribadian dalam mencari intensional
Allport mengungkapkan “Princple of organizing the energy
level” yang berarti prinsip pengaturan tingkat energy. Orang yang matang/sehat
secara terus menerus membutuhkan motif kekuatan dan daya hidup yang cukup
(Penambahan tegangan, dan sensasi). Kemudian ia juga menyatakan “Principle of
mastery and competence” disini ia mengindikasikan orang-orang yang matang tidak
cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkatan-tingkatan yang sedang
atau yang hanya memadai. Individu didorong untuk terampil melakukan sedapat
mungkin mencapai/memenuhi tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam
usaha pemenuhan motif-motif (Visi&misi, tujuan jangka panjang, tegangan
yang semakin ditambah). Individu yang sehat tidak pernah berhenti mengejar
point dalam tujuan mereka, setiap point yang jatuh dalam tujuan mereka selalu
diganti oleh point dengan tujuan yang lain.
Tingkatan proprium/self
- Kesadaran akan “saya secara
jasmaniah”.
- Identitas diri.
- Harga diri. Kebutuhan anak akan
otonomi. Disini individu masih dalam tahap perkembangan anak. Yang
mengalami konflik autonomy vs shame & doubt.
- Perluasan diri.
- Gambaran diri.
Terbentuk/berkembang dari interaksi orangtua dan anak. Dalam mempelejari
interaksi ini anak melakukan suatu perumusan tentang intensi.
- Rational thinking. Individu
menyadari bahwa ia dapat memecahkan suatu msalah dengan menggunakan proses
yang logis dan rasional.
- Propriate Striving. Terjadi pada
saat individu memasuki masa adolescence. Karena telah memiliki pemahaman
akan arti hidup sepenuhnya.
Ø Pendapat Rogers
Pada dasarnya menurut Rogers, kepribadian yang sehat adalah
ketika seseorang berfungsi secara sepenuhnya. Rogers menempatkan suatu dorongan
- "satu kebutuhan fundamental" - dalam sistemnya tentang kepribadian:
memeliharakan, mengaktualisasikan dan meningkatkan semua segi individu.
Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan
fisiologis dan psikologis, meskipun selama bertahun-tahun awal kehidupan,
kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi fisiologis.
Tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia
beroperasi secara terlepas dari kecenderungan aktualisasi ini. Pada
tingkat-tingkat yang lebih rendah, kecenderungan aktualisasi berkenaan dengan
kebutuhan fisiologis dasar akan makanan, air, dan udara. Karena itu
kecenderungan aktualisasi itu memungkinkan organisme hidup terus dengan
membantu dan mempertahankan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah dasar.
Akan tetapi aktualisasi berbuat jauh lebih banyak daripasa
mempertahankan organisme; aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan
pematangan dan pertumbuhan. Jiak bayi bertambah besar, organ-organ tubuh dan
proses-proses fisiologis menjadi semakin kompleks dan berdiferensiasi karena
mereka mulai berfungsi dalam arah-arah yang dituju. Proses pematangan ini mulai
dengan perubahan-perubahan dalam ukuran dan bentuk dari bayi yang baru lahir
sampai pada perkembangan sifat-sifat jenis kelamin sekunder pada masa remaja.
Pematangan yang penuh itu tidak dicapai secara otomatis,
meskipun fakta bahwa "blue-print" bagi proses pematangan terkandung
dalam struktur genetis individu. Proses itu memerlukan banyak usaha; Rogers
membandingkannya dengan perjuangan dan rasa sakit yang terjadi ketika seorang
anak belajar berjalan. Anak itu tersandung dan jatuh serta merasa sakit. Akan
lebih mudah dan kurang merasa sakit kalau tidak berusaha untuk berdiri dan
belajar berjalan. Walaupun demikian anak itu masih terus berusaha dan akhirnya
berhasil. Apa sebabnya anak itu pantang mundur? Rogers berpendapat bahwa
kecenderungan untuk aktualisasi sebagai suatu tenaga pendorong adalah jauh
lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan serta setiap dorongan yang ikut
menghentikan usaha untuk berkembang.
Ø Pendapat Maslow
Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki perjuangan
atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan-diri. Akan
tetapi ada lebih banyak hal yang terkandung dalam teorinya tentang dorongan
manusia. Kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan yang dibawa sejak
lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat sampai kepada
yang paling lemah. Kita dapat berpikir tentang tingkat kebutuhan-kebutuhan diri
Maslow seperti suatu tangga, kita harus meletakkan kaki pada anak tangga
pertama sebelum berusaha mencapai anak tangga kedua, dan pada anak tangga kedua
sebelum anak tangga ketiga dan seterusnya. Dengan cara yang sama juga,
kebutuhan yang paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul
kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya naik tingkat sampai muncul kebutuhan
kelima dan yang paling tinggi - aktualisasi diri.
Jadi, prasyarat untuk menccapai aktualisasi diri ialah
memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah:
- Kebutuhan-kebutuhan
fisiologis
- Kebutuhan-kebutuhan
akan rasa aman
- Kebutuhan-kebutuhan
akan memiliki dan cinta
- Kebutuhan-kebutuhan
akan penghargaan
Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagian
dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan aktualisasi diri.
Ø Pandangan Erich Fromm
Sebagai organisme yang hidup, kita didorong untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan kelaparan, kehausan, dan seks. Apa
yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan
psikologis. Semua manusia sehat dan tidak sehat didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan tersebut, perbedaan antara mereka terletak dalam cara
bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dipuaskan. Orang-orang yang sehat memuaskan
kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif. Orang-orang yang
sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara-cara irasional.
Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi
kebebasan dan keamanan :
- Hubungan : Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam
dan dengan satu sama lain. Kita mengetahui bahwa kita masing-masing
terpisah sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari
ikatan-ikatan baru dengan orang lain, kita harus menemukan suatu perasaan
hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang
dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau
bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan
psikologis. Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan. Beberapa cara
adalah destruktif (tidak sehat), dan cara-cara lainnya konstruktif
(sehat). Seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan
bersikap tunduk kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada
sesuatu yang ideal, seperti Tuhan. Dengan menundukan diri, orang tidak
lagi sendirian, tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang
lebih besar daripada dirinya sendiri. Kemungkinan lain seseorang dapat
berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan menguasainya, dengan
memaksa orang-orang lain tunduk kepadanya. Cara yang sehat untuk
berhubunagn dengan dunia adalah melalui cinta. Cinta memuaskan kebutuhan
akan keamanan dan juga menimbulkan sesuatu perasaan integritas dan
individualitas. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata dalam
pengertian erotis, definisinya meliputi cinta orangtua terhadap anak,
cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas,
solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.
- Trasendensi : Erat hubungannya dengan kebutuhan hubungan ialah
kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif
sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental
dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi
keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupannya
sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak,
ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi kodrat
eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu
perasaan akan maksud dan kebebasan. Menciptakan ialah cara ideal atau
sehat untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak diterima oleh
manusia karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang
terjadi apabila seseorang tidak mampu menjadi kreatif ? kebutuhan akan
transendensi harus dipuaskan apabila tidak dengan suatu cara yang sehat
maka dengan suatu cara yang tidak sehat. Fromm percaya bahwa jalan lain
untuk kreativitas ialah destruktivitas. Destruktivitas , misalnya
kreativitas, merupakan suatu keterlibatan aktif dengan dunia. Inilah
satu-satunya pilihan yang dimiliki seseorang, yakni menciptakan atau
membinasakannya, mencintai atau membenci, tidak ada cara-cara lain untuk
mencapai transendensi. Destruktivitas dan kreativitas keduanya berakar
secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan
potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis.
- Berakar : Cara yang ideal adalah membangun suatu perasaan
persaudaraan dengan sesama umat manusia, suatu perasaan keterlibatan,
cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas
dengan orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan untuk berakar, untuk
berkoneksi da berhubungan dengan dunia. Cara yang tidak sehat untuk
berakar ialah dengan memelihara ikatan-ikatan sumbang masa kanak-kanak
dengan ibu. Sedikit banyak, orang yang demikian tidak pernah sanggup
meninggalkan rumah dan terus berpegang teguh pada keamanan ikatan-ikatan
keibuan. Ikatan-ikatan sumbang dapat meluas melampaui hubungan anak-ibu
dan memasukan seluruh kelompok keluarga. Dengan mepertahankan ikatan-ikatan
sumbang dalam setiap tingkat, seseorang menutup pengalaman-pengalaman
tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk beberapa manusia.
Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan partisipasi penuh
dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk kesehatan
psikologis. Seseorang yang hanya mencintai beberapa orang, yang merasakan
suatu perasaan persaudaraan dengan suatu bagian kemanusiaan yang terbatas,
tidak sanggup mengembangkan seluruh potensi manusianya.
- Perasaan
identitas : Manusia juga membutuhkan
suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas yang
menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasannya tentang
dia, siapa dan apa. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah
individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu
tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu
perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita
berhasil memutuskan iaktan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau
bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang
baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka
sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain. Dengan
cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu
kelompok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada
norma-norma, nilai-nilai, dan tingkah laku kelompok-kelompok itu,
seseorang benar-benar menemukan semacam identitas.
- Kerangka
orientasi : Dasar yang ideal untuk
kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang
untuk mengembangkan suatu gambaran realistis yang objektif tentang dunia.
Yang terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia
(termasuk diri) secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat
dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjektif dari
kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan orang sendiri. Fromm sangat
mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan. Semakin objektif
persepsi kita, semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan, jadi
semakin matang dan semakin tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia
luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi
kehidupan. Suatu yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka
orientasi adalah lewat irasionalitas. Hal ini, meyangkut suatu pandangan
subjektif tentang dunia, peristiwa-peristiwa, dan pengalaman-pengalaman
dilihat tidak menurut apa adanya tetapi menurut apa yang diinginkan orang
terhadapnya. Tentu saja, suatu kerangka subjektif juga memberikan suatu
gambaran dunia. Meskipun kerangka subjektif mungkin merupakan khyalan
tetapi tetap riil bagi individu yang mempertahankannya.
Demikianlah ulasan mengenai konsep sehat dengan
begitu kita akan menjadi lebih tau tentang konsep sehat yang ternyata sehat
memiliki berbagai macam pengertian dari berbagai tokoh,dan oleh sebab itu
kiranya kita agar menjaga kesehatan tidak hanya kesehatan fisik & mental saja tetapi juga kesehatan
emosi,intelektual,sosial,serta yang tak kalah pentingnya adalah kesehatan
spiritual.
Referensi
:
Schultz,
D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih Bahasa :
Yustinus. Yogja : Kanisius.
http://jonbares.wordpress.com/2011/04/01/kepribadian-sehat-dari-sudut-pandang-psikologi/
http://psyche2nest.wordpress.com/2012/04/26/teori-kepribadian-sehat/
http://psyche2nest.wordpress.com/2012/04/26/teori-kepribadian-sehat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar