Sabtu, 23 Maret 2013

Konsep Sehat


Sehat mungkin kata ini sudah sangat sering kita dengar,kebanyakan dari kita baru menyadari begitu berharganya menjaga kesehatan setelah kita mengalami sakit padahal kesehatan harus kita jaga dengan cara pola hidup sehat memenuhi asupan gizi yang seimbang serta membiasakan diri berolah raga,walaupun tidak sedikit diantara kita banyak yang mengabaikan karena alasan kesibukan,akan tetapi paling tidak kita harus membiasakan diri paling tidak minimal seminggu sekali. Kata sehat juga meliputi banyak hal serta beberapa konsep dan hal inilah yang coba kita bahas dalam penulisan kali ini.  
  
Nah,sekarang saya akan coba membahas Konsep Sehat yang meliputi berbagai dimensi,diantaranya sebagai berikut :

a)      Dimensi Emosi : kebanyakan dari orang sulit untuk mengontrol emosi mereka saat sedang mengalami sesuatu hal dilingkungannya dimensi ini mencoba menjelaskan bahwa manusia dalam keadaan sehat yakni dalam keadaan mampu mengatur emosi nya sendiri. Emosi itu sendiri yang telah kita ketahui terdiri dari bermacam-macam jenis, yakni senang, gembira, bahagia, marah, sedih, dll. Mungkin sebagian dari kita masih banyak yang salah mengartikan arti kata emosi, seperti mengartikan emosi adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa marah, entah kepada seseorang, keadaan, dll. Pada kenyataannya emosi itu tidak hanya dalam keadaan seseorang marah.
b)      Dimensi Intelektual : orang-orang dengan tingkat intelegensi yang cukup tinggi biasanya memiliki kesehatan intelektual yang baik pada  dimensi coba dijelaskan bahwa seseorang dalam keadaan sehat yakni dalam keadaan mampu menerima, menyerap segala macam pembelajaran, pendidikan yang di berikan baik secara langsung maupun tidak langsung, tanpa mengalami hambatan ataupun masalah yang mengganggu pikirannya. Selain itu seseorang juga mampu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan nya.
c)      Dimensi Sosial : dimensi ini menjelaskan bahwa seseorang dalam keadaan sehat jika mampu berinteraksi, beradaptasi,  dengan sesama manusia dengan baik. Jika keadaan ini tidak mampu dilampaui oleh seseorang, berarti ada suatu ketidak sehatan dalam diri manusia tersebut.
d)     Dimensi Fisik dan Mental : menerangkan bahwa keadaan fisik dan mental seseorang menjadi salah satu syarat apakah seseorang dikatakan sehat atau tidak. Fisik seseorang, lebih menekannkan lebih kepada keadaan jasmani seseorang. Dimana seseorang mampu menjaga jasmani dirinya. Sedangkan mental, merupakan keadaan dimana seseorang harus mampu menjaga keadaan psikologi dirinya.
e)      Dimensi Spiritual : spiritual dalam dimensi ini menjelaskan bahwa seseorang mampu menjalankan ajaran agama yang telah di percaya atau diyakini seseorang untuk menuntun hidupnya. Dengan mampu menjalankan spiritual ini diharapkan seseorang dapat menjalankan segala kehidupannya dengan baik dan benar.



SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL

Secara etimologi, kesehatan mental atau hygiene berasal dari bahasa latin, yaitu : Mens atau Mentis yang berarti jiwa, roh, dan semangat. Hygiene yang berarti nama dewi kesehatan yunani yaitu Hyoeia

Secara Ilmiah

Beratus-ratus tahun yang lalu orang menduga bahwa penyebab penyakit mental adalah syaitan-syaitan, roh-roh jahat dan dosa-dosa. Oleh karena itu para penderita penyakit mental dimasukkan dalam penjara-penjara dibawah tanah atau dihukum dan diikat erat-erat dengan rantai besi yang berat dan kuat.
Sejarah ilmu kesehatan mental dimulai sewaktu Clifford Beers, bekas pasien mental di amerika menulis buku berjudul "A Mind That Found It Self". Dalam buku diceritakan pengalaman pahitnya sebagai pasien jiwa yang pernah dirawat beberapa RSJ.
Bapak Psikiater Amerika Adolf Meyer tergerak hatinya setelah membaca buku ini dan mengajak Beer bersama-sama mendirikan perhimpunan kesehatan mental bernama Hygiene Society di kota kelahiran Beer yaitu Connecticut. Tujuan dari usaha ini adalah untuk memperjuangkan perbaikan perlakuan pasien-pasien mental di RSJ yang ada pada zaman itu diperlakukan dengan buruk dan kurang manusiawi.
Gerakan ini mendapat simpati dari masyarakat sehingga muncul perhimpunan-perhimpunan lain di Amerika. Kemudian perhimpunan-perhimpunan tersebut bersama-sama membentuk The National Association for Mental Health.
Kongres kesehatan jiwa internasional yang pertama dilaksanakan di Washington DC pada tahun 1930 dan yang kedua dilaksanakan di Paris pada tahun 1937. Pada tahun ketiga tahun 1948 dibentuk The World Federation for Mental Health. Pada kongres ini, istilah mental hygiene diubah menjadi mental health.
Tokoh yang juga membela dan menjunjung tinggi hak manusia untuk penderita gangguan jiwa lainnya adalah Philippe Pinel di Perancis dan William Tuke dari Inggris. Mereka adalah contoh orang yang berjasa dalam mengatasi dan menanggulangi orang-orang yang terkena penyakit mental. Masa-masa Pinel dan Tuke ini selanjutnya dikenal dengan masa pra-ilmiah karena hanya usaha dan praksis yang mereka lakukan tanpa adanya teori-teori yang dikemukakan. Kemudian ada juga Dorothea Dix. Beliau merupakan seorang pionir wanita dalam usaha-usaha kemanusiaan berasal dari Amerika. Ia berusaha menyembuhkan dan memelihara para penderita penyakit mental dan orang-orang gila. Sangat banyak jasanya dalam memperluas dan memperbaiki kondisi dari 32 rumah sakit jiwa di seluruh negara Amerika bahkan sampai ke Eropa.




PENDEKATAN KESEHATAN MENTAL
Pendekatan kesehatan mental meliputi 3 aspek yang terdiri dari, Orientasi klasik,Penyesuaian diri,serta Pengembangan potensi.  
  1. Orientasi Klasik : Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.
  2. Penyesuaian Diri : Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus. Dengan contoh tersebut dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
  3. Pengembangan Potensi : Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.

TEORI KEPRIBADIAN SEHAT

Ø  Teori Aliran Psikoanalisis
Tokoh yang pertama kali mencetuskan teori kepribadian sehat menurut Aliran Psikoanalisis adalah Sigmund Freud. Ia disebut sebagai Bapak Psikoanalisis, dilahirkan di Moravia pada tanggal 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Pokok-pokok teori Freud mengenai kepribadian yaitu :

Menurutnya, kepribadian terdiri dari tiga sistem atau aspek, yaitu :
  1. Das Es (the Id), yaitu aspek biologi dan merupakan sistem orginal di dalam kepribadian; dan aspek inilah kedua aspek yang lain tumbuh. Freud menyebutnya juga realitas psikis yang sebenar-benarnya (The True Psychic Reality), oleh karena Id itu merupakan dunia batin atau subyektif manusia, dan tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia obyektif. Id berisikan hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis), termasuk instink-instink.
  2. Das Ich (the Ego), yaitu aspek psikologis daripada kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan (Realitat). Orang yang lapar mesti perlu makan untuk menghilangkan tegangan yang ada dalam dirinya; ini berarti bahwa organisme harus dapat membedakan antara khayalan tentang makanan dan kenyataan tentang makanan.
3.       Das Ueber Ich (the Superego), yaitu aspek sosiologi kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai tradisional serta cita-cita masyarakat sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya, yang di masukkan (diajarkan) dengan berbagai perintah dan larangan. Superego lebih menekankan pada kesempurnaan daripada kesenangan; karena itu dianggap sebagai aspek moral kepribadian. Fungsi pokoknya ialah menentukan apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau tidak, susila atau tidak, dan dengan demikian pribadi dapat bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

Ø  Teori Aliran Behavioristik
Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)
Ciri aliran Behavioristik adalah sebagai berikut :
  1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
  2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
  3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Kepribadian yang sehat menurut aliran behavioristik
  1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
  2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
  3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
  4. Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif

Ø  Teori Aliran Humanistik
Dalam psikologi humanistic tidak terlalu banyak mengeluarkan teori, karena pada dasarnya pendekatan humanistik menempel pada psikoanalisa dan behavioristik namun tidak semata-mata menempel/melekat pada aliran-aliran ini, aliran humanistic melekat tetapi tidak sepikir oleh kedua aliran ini, menurut teori humanistic manusia dilahirkan kedalam dunia dengan membawa faktor genetika kemudian faktor bawaan itu berkembang, bersama individu yang mulai tumbuh sehingga faktor-faktor lingkungan mempunyai andil dalam perkembangan kepribadian. Dengan kata lain aliran humanistik  ini ingin mengatakan peranan faktor kognitif dan lingkungan berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian individu.
Individu dituntut untuk untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri untuk mencapai yang dinamakan kepribadian sehat. Bukan saja mengandalakan pengalaman pengalaman yang terbentuk pada masa lalu atau membiarkan diri terjebak dalam suatu ingatan-ingatan pada tahap sebelumnya dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.

Menurut paham humanistic hal ini bukanlah pencerminan dari kepribadian sehat. Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang termaginalisasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.

Ø  Pendapat Allport
Allport lebih optimis tentang kodrat manusia daripada Freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya. Orangtuanya menekankan pentingnya kerja keras dan kesalehan, dan mereka membentuknya dengan suasana aman dan kasih sayang. Semangat perikemanusiaan ditanamkan dalam keluarga mereka dan Allport yang muda itu didorong untuk mencari jawaban-jawaban keagamaan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan masalah-masalah kehidupan. Pengalaman-pengalaman pribadinya ini kelak tercermin dalam pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian.

Seperti dikemukakan, pandangan-pandangan pribadi dan professional dari Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia  yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan, dan menyanjung-nyanjung. Karena itu salah satu pendekatan yang berguna terhadap pemahaman segi pandangan psikologis Allport adalah mengemukakan tema-tema pokok dari teorinya tentang kepribadian dan menunjukkan bagaimana tema-tema itu berbeda dari apa yang terdapat pada Freud.
Kepribadian menurut Allport adalah individu yang dewasa yang berkepribadian sehat, ia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol oleh kekuatan ketidaksadaran, sesuatu kekuatan yang tidak dapat terlihat. Allport menekankan kepribadian pada individu yang memiliki “Intensional”. Intensional terdiri dari visi&misi, tujuan jangka panjang, sensasi/tantangan dan tegangan-tegangan yang semakin lama ditambah. Namun bukan kebahagiaan maksud daripada intensional ini, karena kebahagiaan dapat merupakan hasil dari integrasi kepribadian dalam mencari intensional
Allport mengungkapkan “Princple of organizing the energy level” yang berarti prinsip pengaturan tingkat energy. Orang yang matang/sehat secara terus menerus membutuhkan motif kekuatan dan daya hidup yang cukup (Penambahan tegangan, dan sensasi). Kemudian ia juga menyatakan “Principle of mastery and competence” disini ia mengindikasikan orang-orang yang matang tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkatan-tingkatan yang sedang atau yang hanya memadai. Individu didorong untuk terampil melakukan sedapat mungkin mencapai/memenuhi tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha pemenuhan motif-motif (Visi&misi, tujuan jangka panjang, tegangan yang semakin ditambah). Individu yang sehat tidak pernah berhenti mengejar point dalam tujuan mereka, setiap point yang jatuh dalam tujuan mereka selalu diganti oleh point dengan tujuan yang lain.
Tingkatan proprium/self
  1. Kesadaran akan “saya secara jasmaniah”.
  2. Identitas diri.
  3. Harga diri. Kebutuhan anak akan otonomi. Disini individu masih dalam tahap perkembangan anak. Yang mengalami konflik autonomy vs shame & doubt.
  4. Perluasan diri.
  5. Gambaran diri. Terbentuk/berkembang dari interaksi orangtua dan anak. Dalam mempelejari interaksi ini anak melakukan suatu perumusan tentang intensi.
  6. Rational thinking. Individu menyadari bahwa ia dapat memecahkan suatu msalah dengan menggunakan proses yang logis dan rasional.
  7. Propriate Striving. Terjadi pada saat individu memasuki masa adolescence. Karena telah memiliki pemahaman akan arti hidup sepenuhnya.

Ø  Pendapat Rogers
Pada dasarnya menurut Rogers, kepribadian yang sehat adalah ketika seseorang berfungsi secara sepenuhnya. Rogers menempatkan suatu dorongan - "satu kebutuhan fundamental" - dalam sistemnya tentang kepribadian: memeliharakan, mengaktualisasikan dan meningkatkan semua segi individu. Kecenderungan ini dibawa sejak lahir dan meliputi komponen-komponen pertumbuhan fisiologis dan psikologis, meskipun selama bertahun-tahun awal kehidupan, kecenderungan tersebut lebih terarah kepada segi-segi fisiologis.
Tidak ada segi pertumbuhan dan perkembangan manusia beroperasi secara terlepas dari kecenderungan aktualisasi ini. Pada tingkat-tingkat yang lebih rendah, kecenderungan aktualisasi berkenaan dengan kebutuhan fisiologis dasar akan makanan, air, dan udara. Karena itu kecenderungan aktualisasi itu memungkinkan organisme hidup terus dengan membantu dan mempertahankan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah dasar.
Akan tetapi aktualisasi berbuat jauh lebih banyak daripasa mempertahankan organisme; aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan dan pertumbuhan. Jiak bayi bertambah besar, organ-organ tubuh dan proses-proses fisiologis menjadi semakin kompleks dan berdiferensiasi karena mereka mulai berfungsi dalam arah-arah yang dituju. Proses pematangan ini mulai dengan perubahan-perubahan dalam ukuran dan bentuk dari bayi yang baru lahir sampai pada perkembangan sifat-sifat jenis kelamin sekunder pada masa remaja.
Pematangan yang penuh itu tidak dicapai secara otomatis, meskipun fakta bahwa "blue-print" bagi proses pematangan terkandung dalam struktur genetis individu. Proses itu memerlukan banyak usaha; Rogers membandingkannya dengan perjuangan dan rasa sakit yang terjadi ketika seorang anak belajar berjalan. Anak itu tersandung dan jatuh serta merasa sakit. Akan lebih mudah dan kurang merasa sakit kalau tidak berusaha untuk berdiri dan belajar berjalan. Walaupun demikian anak itu masih terus berusaha dan akhirnya berhasil. Apa sebabnya anak itu pantang mundur? Rogers berpendapat bahwa kecenderungan untuk aktualisasi sebagai suatu tenaga pendorong adalah jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan serta setiap dorongan yang ikut menghentikan usaha untuk berkembang.

Ø  Pendapat Maslow
Dalam pandangan Maslow, semua manusia memiliki perjuangan atau kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan-diri. Akan tetapi ada lebih banyak hal yang terkandung dalam teorinya tentang dorongan manusia. Kita didorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal dan yang dibawa sejak lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat, dari yang paling kuat sampai kepada yang paling lemah. Kita dapat berpikir tentang tingkat kebutuhan-kebutuhan diri Maslow seperti suatu tangga, kita harus meletakkan kaki pada anak tangga pertama sebelum berusaha mencapai anak tangga kedua, dan pada anak tangga kedua sebelum anak tangga ketiga dan seterusnya. Dengan cara yang sama juga, kebutuhan yang paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan sebelum muncul kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya naik tingkat sampai muncul kebutuhan kelima dan yang paling tinggi - aktualisasi diri.
Jadi, prasyarat untuk menccapai aktualisasi diri ialah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah:
  1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
  2. Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman
  3. Kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta
  4. Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan
Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagian dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan aktualisasi diri.

Ø  Pandangan Erich Fromm
Sebagai organisme yang hidup, kita didorong untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisiologis dasar akan kelaparan, kehausan, dan seks. Apa yang penting dalam mempengaruhi kepribadian ialah kebutuhan-kebutuhan psikologis. Semua manusia sehat dan tidak sehat didorong oleh kebutuhan-kebutuhan tersebut, perbedaan antara mereka terletak dalam cara bagaimana kebutuhan-kebutuhan ini dipuaskan. Orang-orang yang sehat memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif. Orang-orang yang sakit memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut dengan cara-cara irasional.

Fromm mengemukakan lima kebutuhan yang berasal dari dikotomi kebebasan dan keamanan :
  1. Hubungan : Manusia menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan dengan satu sama lain. Kita mengetahui bahwa kita masing-masing terpisah sendirian, dan tak berdaya. Sebagai akibatnya, kita harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain, kita harus menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan ikatan-ikatan kita yang hilang dengan alam. Fromm percaya bahwa pemuasan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang-orang lain ini sangat penting untuk kesehatan psikologis. Ada beberapa cara untuk menemukan hubungan. Beberapa cara adalah destruktif (tidak sehat), dan cara-cara lainnya konstruktif (sehat). Seseorang dapat berusaha untuk bersatu dengan dunia dengan bersikap tunduk kepada orang lain, kepada suatu kelompok, atau kepada sesuatu yang ideal, seperti Tuhan. Dengan menundukan diri, orang tidak lagi sendirian, tetapi menjadi milik dari seseorang atau sesuatu yang lebih besar daripada dirinya sendiri. Kemungkinan lain seseorang dapat berusaha untuk berhubungan dengan dunia dengan menguasainya, dengan memaksa orang-orang lain tunduk kepadanya. Cara yang sehat untuk berhubunagn dengan dunia adalah melalui cinta. Cinta memuaskan kebutuhan akan keamanan dan juga menimbulkan sesuatu perasaan integritas dan individualitas. Fromm tidak mendefinisikan cinta semata-mata dalam pengertian erotis, definisinya meliputi cinta orangtua terhadap anak, cinta kepada diri sendiri, dan dalam pengertian yang lebih luas, solidaritas dengan semua orang dan mencintai mereka.
  2. Trasendensi : Erat hubungannya dengan kebutuhan hubungan ialah kebutuhan manusia untuk mengatasi atau melebihi peranan-peranan pasif sebagai ciptaan. Karena menyadari kodrat kelahiran dan kematian aksidental dan watak eksistensi yang serampangan, manusia didorong untuk melebihi keadaan tercipta menjadi pencipta, pembentuk yang aktif dari kehidupannya sendiri. Fromm percaya bahwa dalam perbuatan menciptakan (anak-anak, ide-ide, kesenian, atau barang-barang material) manusia mengatasi kodrat eksistensi yang pasif dan aksidental, dengan demikian mencapai suatu perasaan akan maksud dan kebebasan. Menciptakan ialah cara ideal atau sehat untuk melebihi keadaan binatang yang pasif yang tidak diterima oleh manusia karena kemampuan pikiran dan daya khayalnya. Tetapi apa yang terjadi apabila seseorang tidak mampu menjadi kreatif ? kebutuhan akan transendensi harus dipuaskan apabila tidak dengan suatu cara yang sehat maka dengan suatu cara yang tidak sehat. Fromm percaya bahwa jalan lain untuk kreativitas ialah destruktivitas. Destruktivitas , misalnya kreativitas, merupakan suatu keterlibatan aktif dengan dunia. Inilah satu-satunya pilihan yang dimiliki seseorang, yakni menciptakan atau membinasakannya, mencintai atau membenci, tidak ada cara-cara lain untuk mencapai transendensi. Destruktivitas dan kreativitas keduanya berakar secara mendalam pada kodrat manusia. Akan tetapi, kreativitas merupakan potensi utama dan menyebabkan kesehatan psikologis.
  3. Berakar : Cara yang ideal adalah membangun suatu perasaan persaudaraan dengan sesama umat manusia, suatu perasaan keterlibatan, cinta, perhatian, dan partisipasi dalam masyarakat. Perasaan solidaritas dengan orang-orang lain ini memuaskan kebutuhan untuk berakar, untuk berkoneksi da berhubungan dengan dunia. Cara yang tidak sehat untuk berakar ialah dengan memelihara ikatan-ikatan sumbang masa kanak-kanak dengan ibu. Sedikit banyak, orang yang demikian tidak pernah sanggup meninggalkan rumah dan terus berpegang teguh pada keamanan ikatan-ikatan keibuan. Ikatan-ikatan sumbang dapat meluas melampaui hubungan anak-ibu dan memasukan seluruh kelompok keluarga. Dengan mepertahankan ikatan-ikatan sumbang dalam setiap tingkat, seseorang menutup pengalaman-pengalaman tertentu dan membatasi cinta dan solidaritas hanya untuk beberapa manusia. Situasi ini tidak membiarkan perhatian, pembagian, dan partisipasi penuh dengan dunia pada umumnya yang merupakan suatu syarat untuk kesehatan psikologis. Seseorang yang hanya mencintai beberapa orang, yang merasakan suatu perasaan persaudaraan dengan suatu bagian kemanusiaan yang terbatas, tidak sanggup mengembangkan seluruh potensi manusianya.
  4. Perasaan identitas : Manusia juga membutuhkan suatu perasaan identitas sebagai individu yang unik, suatu identitas yang menempatkannya terpisah dari orang-orang lain dalam hal perasannya tentang dia, siapa dan apa. Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan ini adalah individualitas, proses dimana seseorang mencapai suatu perasaan tertentu tentang identitas diri. Sejauh mana kita masing-masing mengalami suatu perasaan yang unik tentang diri (selfhood) tergantung pada bagaimana kita berhasil memutuskan iaktan-ikatan sumbang dengan keluarga, suku, atau bangsa kita. Orang-orang dengan perasaan individualitas yang berkembang baik mengalami diri mereka seperti lebih mengontrol kehidupan mereka sendiri, dan kehidupan mereka tidak dibentuk oleh orang-orang lain. Dengan cara ini, identitas ditentukan berdasarkan kualitas-kualitas suatu kelompok, bukan berdasarkan kualitas-kualitas diri. Dengan melekat pada norma-norma, nilai-nilai, dan tingkah laku kelompok-kelompok itu, seseorang benar-benar menemukan semacam identitas.
  5. Kerangka orientasi : Dasar yang ideal untuk kerangka orientasi adalah pikiran, yakni sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan suatu gambaran realistis yang objektif tentang dunia. Yang terkandung dalam hal ini ialah kapasitas untuk melihat dunia (termasuk diri) secara objektif, untuk menggambarkan dunia dengan tepat dan tidak mengubahnya dengan lensa-lensa subjektif dari kebutuhan-kebutuhan dan ketakutan-ketakutan orang sendiri. Fromm sangat mementingkan persepsi objektif tentang kenyataan. Semakin objektif persepsi kita, semakin juga kita berhubungan dengan kenyataan, jadi semakin matang dan semakin tangkas pula kita dalam menanggulangi dunia luar. Pikiran harus dikembangkan dan diterapkan dalam semua segi kehidupan. Suatu yang kurang ideal dalam membangun suatu kerangka orientasi adalah lewat irasionalitas. Hal ini, meyangkut suatu pandangan subjektif tentang dunia, peristiwa-peristiwa, dan pengalaman-pengalaman dilihat tidak menurut apa adanya tetapi menurut apa yang diinginkan orang terhadapnya. Tentu saja, suatu kerangka subjektif juga memberikan suatu gambaran dunia. Meskipun kerangka subjektif mungkin merupakan khyalan tetapi tetap riil bagi individu yang mempertahankannya.
Demikianlah ulasan mengenai konsep sehat dengan begitu kita akan menjadi lebih tau tentang konsep sehat yang ternyata sehat memiliki berbagai macam pengertian dari berbagai tokoh,dan oleh sebab itu kiranya kita agar menjaga kesehatan tidak hanya kesehatan fisik &  mental saja tetapi juga kesehatan emosi,intelektual,sosial,serta yang tak kalah pentingnya adalah kesehatan spiritual.

Referensi :
Schultz, D. (1991). Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Alih Bahasa : Yustinus. Yogja : Kanisius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar